Hallo teman-teman ini adalah wawancara saya bersama Tim Reportase Abu-Abu dengan seorang narasumber yaitu Bapak Wayan Gendra. beliau adalah seorang seniman di kawasan Gianyar Bali.
Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua . Dan kalau kalian mau copy, silahkan tapi izin dulu yaaaa.
Selamat membaca^^

Wayan Gendra
Dari Hobi Menjadi Profesi
DARI
sekedar hobi melukis, Wayan Gendra kini menjadi salah satu seniman terkenal
dengan karya-karya lukis nya yang terbaik di Kota Gianyar ini. Bahkan sudah
terpencar di kota-kota lain bahkan hingga ke mancanegara. “ Awalnya saya
belajar melukis hanya untuk keisengan semata. Dan saya kemudian menyukainya
terlebih lagi hasil lukisan saya yang dikatakan bagus, “ katanya.
Pria kelahiran Desa Batuan,Gianyar,
20 Agustus 1970 ini mengaku bangga keisengannya ini sangat berguna bagi dirinya
dan tentunya bagi masyarakat luas yang dapat menikmati keindahan lukisannya.
Terlebih begitu banyak investor serta wisatawan asing berdatangan untuk membeli
hasil karyanya tersebut.
Berawal sekitar tahun 1986, saat ia
masih duduk dibangku kelas 5 SD dan berlanjut hingga kelas 3 SMP, ia sudah
mulai belajar melukis dan itupun hanya sebuah keisengan semata, yang tak lain
diajarkan langsung oleh kakaknya yang bernama Wayan Warsika. Ditahun 1986,
ketika perekonomian di Bali sangat baik, yang dimana dengan mudahnya menjual
karya-karya tersebut. Semenjak saat itu Wayan Gendra mulai mencoba sendiri
untuk menciptakan lebih banyak karyanya dan menjual karyanya tersebut
dipasaran. Ternyata sangat banyak yang meminati karyanya tersebut selebih lagi
karyanya tereksport hingga mancanegara. “ Tidak rugi dan tidak sia-sia saya
latihan selama 5tahun yang walaupun itu hanya rasa iseng namun ternyata membawa
berkah yang tidak hanya untuk saya pribadi namun untuk Mancanegara, “ ungkap
pria 43tahun ini.
Pria tamatan SMP 1 Sukawati dan SPG
Negeri Denpasar ini, mengaku selama ia menuntut ilmu disejumlah sekolah, ia
tidak pernah meminta biaya pada orang tuanya. Melainkan biaya itu ia tanggung
sendiri karena melihat sikon dan situasi keadaan yang ia tidak tega menambah
beban orang tuanya lagi. Dari hasil penjualan karyanya tersebutlah ia gunakan
untuk membiayai sekolahnya selebih lagi hingga ia bisa membiayai jalannya
upacara keagamaan di tempat tinggalnya.
Hingga pada tahun 1990, Wayan
Gendra menikah dengan I Nyoman Murtini dan kini sudah direstui 3 orang anak.
Begitupun kini anak-anak beliau juga akan diwarisi oleh sifat orang tuanya
untuk menjadi seorang yang berjiwa seni walaupun tidak ada kesamaan niat, namun
tidak ada salahnya untuk dicoba. Karena tidak akan ada hasil yang baik tanpa
keinginan untuk mencoba.
“ Perkembangan selaku pelukis tidak pernah susah melakukannya, walaupun kadang terhambat dan tidak pernah terselesaikan namun niat untuk menjadi seorang pelukis tidak pernah putus, “ ujarnya.
Sampai sekarang karyanya sangat laris dan bagus-bagus juga. Ia tetap menjaga kualitas karya lukisan agar tetap baik dimata publik.
“ Perkembangan selaku pelukis tidak pernah susah melakukannya, walaupun kadang terhambat dan tidak pernah terselesaikan namun niat untuk menjadi seorang pelukis tidak pernah putus, “ ujarnya.
Sampai sekarang karyanya sangat laris dan bagus-bagus juga. Ia tetap menjaga kualitas karya lukisan agar tetap baik dimata publik.
Kini ditahun 2013 ini, sementara
tidak ada profesi lain selain melukis. Misalnya, mengambil pekerjaan merada
atau tidak termasuk profesi tetap. Baru-baru ini, dari museum Batuan yang baru
berdiri pada saat pembukaan museum ada pameran lukisan.
Dibalik keseharian Wayan Gendra sebagai pelukis ini, ternyata ia juga mempunyai sebuah Organisasi pelukis karya batuan yang bernama “Kumpulan Batur Pulangon” .
Yang artinya sebuah perkumpulan karya seni pelukis Desa Batuan, yang mencerminkan atau memukau karya yang elastis dengan kreativitas seni yang tinggi.
Adapun tujuan dibentuknya perkumpulan itu adalah tak lain untuk melestarikan lukisan karya Batuan agar tetap hidup, dan untuk memberikan jalan kepada para seniman atau para pelopor yang bergelut dibidang seni. Anggota dari perkumpulan ini kurang lebih 60 orang sudah termasuk senior dan junior.
Dibalik keseharian Wayan Gendra sebagai pelukis ini, ternyata ia juga mempunyai sebuah Organisasi pelukis karya batuan yang bernama “Kumpulan Batur Pulangon” .
Yang artinya sebuah perkumpulan karya seni pelukis Desa Batuan, yang mencerminkan atau memukau karya yang elastis dengan kreativitas seni yang tinggi.
Adapun tujuan dibentuknya perkumpulan itu adalah tak lain untuk melestarikan lukisan karya Batuan agar tetap hidup, dan untuk memberikan jalan kepada para seniman atau para pelopor yang bergelut dibidang seni. Anggota dari perkumpulan ini kurang lebih 60 orang sudah termasuk senior dan junior.
Dibulan Juli mendatang Perkumpulan
Batur Pulangon akan mengadakan pameran lukisan di Rama Warta Ubud, Gianyar.
Selain banyaknya lukisan yang hanya untuk dipamerankan, namun sebagian lukisan
juga tersedia untuk dijual belikan. Penyelengaraan kegiatan tersebut yang
dimana bertujuan untuk lebih mengenalkan masyarakat luas dengan keindahan
budaya kita sekaligus karya anak cucu . Masalah duka pasti sering dialami oleh
sejumlah pelukis, entah itu sebab keadaan ekonomi.
Nah, khusus untuk para generasi
muda yang ingin menjadi seorang pelukis.
“ Kalau punya hobi menjadi seorang pelukis usahakan sabar apalagi kita mempunyai keinginan melukis tradisi. Waktu yang kita habiskan banyak, oleh sebab itu kunci kita adalah sabar. Berkaryalah dengan baik, pertimbangkan karya dengan harga. Karya yang berkualitas begitupun harga yang cocok. Harus betu-betul belajar berkarya yang bagus, percuma kalau kita berkarya tidak bagus yaitu hanya membuang-buang waktu, “ tutur Wayan gendra.(reportase abu-abu)
“ Kalau punya hobi menjadi seorang pelukis usahakan sabar apalagi kita mempunyai keinginan melukis tradisi. Waktu yang kita habiskan banyak, oleh sebab itu kunci kita adalah sabar. Berkaryalah dengan baik, pertimbangkan karya dengan harga. Karya yang berkualitas begitupun harga yang cocok. Harus betu-betul belajar berkarya yang bagus, percuma kalau kita berkarya tidak bagus yaitu hanya membuang-buang waktu, “ tutur Wayan gendra.(reportase abu-abu)